Kamis, 27 Oktober 2011

Tugas 2 Bahasa Indonesia 1

Artikel


Untuk Kreatif Butuh Pengorbanan
Banyak orang mengira, jiwa kreatif itu terlahir dari alam. Artinya, seseorang itu menjadi kreatif atau tidak sudah ditetapkan sejak dalam kandungan. Benarkah begitu? Sebagaimana orang punya bakat menyanyi lalu jadi penyanyi atau orang yang sudah berbakat melukis lalu ia jadi pelukis?
Kenyataannya, kreativitas, profesi, dan juga bakat tidaklah bisa dipandang secara absolut. Semua orang sejak ia di dalam kandungan sudah memiliki berbagai potensi. Lagi-lagi, lingkungan, orang-orang terdekat, dan momentum mengambil alih pemicu untuk tumbuh dan mekarnya beragam potensi itu. Berbicara tentang kreativitas, maka saya menyimpulkan, itu pun sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir, siapapun orang tuanya. Namun membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya.
Mengapa saya sebut sebagai pengorbanan? Ya, karena orang tua harus mengalihkan sudut pandang dirinya pada sudut pandang anak-anaknya, berempati dengan pemikiran-pemikiran polos mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk menyentuh wilayah-wilayah kehidupan yang lebih luas. Bukan hanya memberi mereka balok kayu berwarna-warni, puzzle beraneka motif, sepeda roda tiga yang mewah, atau aneka mainan khusus anak-anak yang bertebaran di toko; anak-anak juga membutuhkan ijin dari orang tuanya untuk mengucek adonan terigu, mengupas kulit wortel, memeras jeruk, membuat kegiatan sendiri dari dinginnya air yang dituang ke dalam wadah beraneka bentuk, dilengkapi potongan pipa bekas, sedotan jus, dan benda-benda lain yang ada di rumah.

Jika kita bertanya pada mereka apakah itu, jawabannya mungkin sangat mengejutkan: "Ini adalah pompa air Mama. Ini pipanya dan ini pompanya. Pipa ini ditahan oleh dua buah gelas supaya tidak jatuh. Tadi waktu Ade coba dengan satu gelas, pipanya jatuh Mama".

Eksperimen mereka kadang-kadang sangat cermat, dan mereka menemukan prinsip-prinsip kerja sebuah benda lewat kegiatan tidak terstruktur semacam itu. Pastinya, satu hal yang mereka butuhkan untuk melakukan semuanya, yaitu pengorbanan orang tua untuk melihat celana mereka basah, lantai di halaman depan berantakan, dan jejak-jejak kaki kecil mereka yang basah bercampur debu tak terelakkan harus membekas di ruangan tamu atau dapur kita yang bersih.

Saya bisa merasakan, bagaimana susahnya merelakan anak-anak bermain dengan cara mereka sendiri dengan bahan-bahan bermain hasil imajinasi mereka sendiri, yang sebenarnya sangat mudah dan murah. Masalahnya, kita tidak rela mengijinkan mereka menyentuhnya karena kita tak mau repot dan tak mau melihat ruangan berantakan. Tapi, setelah sekian lama saya memperhatikan perkembangan mereka, cara mereka berpikir, dan antusiasme mereka yang luar biasa saat mereka bermain dengan cara itu, saya sadar, sesungguhnya anak-anak sudah belajar banyak justru lewat kegiatan yang tak terbukukan, tidak terjadwalkan, dan tidak terkurikulumkan secara hitam putih.

Kreativitas tumbuh dari banyak mencoba dan rasa aman serta merdeka dari larangan yang berlebihan. Saya kira itulah pengorbanan terbesar buat orang tua manapun, untuk membuat anak-anak mereka mampu berpikir dan bertindak kreatif dalam menyelesaikan masalah kehidupan.


Hasil perbaikan dan analisis :

No
Salah diksi
Perbaikan
Alasan
Analisis
1.
Banyak orang mengira, jiwa kreatif itu terlahir dari alam.
Banyak orang yang berpikiran bahwa jiwa kreatif itu terlahir dari alam.
Di tambahkan konjugasi yang, bahwa untuk mempertegas maksud kalimat. Kata mengira diganti dengan berpikiran.
Kalimat kurang memiliki ketegasan makna, pilihan kata mengira kurang tepat.
2.
Artinya, seseorang itu menjadi kreatif atau tidak sudah ditetapkan sejak dalam kandungan.
Artinya, seseorang menjadi kreatif atau tidak sudah ditetapkan sejak didalam kandungan.
Kata itu dihapus karena menjadi tidak bermakna akibat adanya kata seseorang didepannya. Ditambahkan kata di untuk menambah keterangan tempat.
Terjadi penggunaan kata yang tidak efektif (itu).
3.
Sebagaimana orang punya bakat menyanyi lalu jadi penyanyi atau orang yang sudah berbakat melukis lalu ia jadi pelukis?

Sama halnya dengan orang yang mempunyai bakat menyanyi lalu menjadi penyanyi atau orang yang sudah berbakat melukis lalu ia menjadi pelukis?
Sebagaimana diganti dengan kata Sama halnya dengan agar pembaca lebih cepat memahami makna kalimat. Kata punya ditambahkan imbuhan mem-I dan kata jadi ditambahkan imbuhan men- untuk mempertegas makna kalimat.
Dapat membuat terjadinya kesalahan nalar.
4.
Lagi-lagi, lingkungan, orang-orang terdekat, dan momentum mengambil alih pemicu untuk tumbuh dan mekarnya beragam potensi itu.
Hanya saja faktor lingkungan, orang-orang terdekat, dan momentumlah yang membedakan perkembangan potensi tersebut.
Kata Lagi-lagi tidak cocok untuk melanjutkan kalimat sebelumnya sehingga diganti dengan Hanya saja faktor. Kata momentum ditambah imbuhan lah untuk mempertegas makna. Selain itu digunakan kata-kata baru untuk mengefektifkan kalimat.
Pilihan kata kurang sesuai dan tidak efektif.
5.
Namun membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya.
Namun untuk membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang dibutuhkan peranan aktif orang tuanya.
Dibutuhkan konjungsi untuk agar mempertegas maksud dan tujuan dari kata penghubung namun. Kata membutuhkan sentuhan pengorbanan kurang tepat.
Kalimat kurang tegas, pilihan diksi kurang tepat.
6.
anak-anak juga membutuhkan ijin dari orang tuanya untuk mengucek adonan terigu,
anak-anak juga membutuhkan izin dari orang tuanya untuk mengucek adonan terigu,
Kata ijin tidak baku sehingga diganti dengan kata izin.
Penggunaan kata yang tidak baku.
7.
Eksperimen mereka kadang-kadang sangat cermat
Eksperimen mereka terkadang sangat cermat
Kata kadang-kadang agak rancu ditempatkan di tengah kalimat, lebih cocok diganti dengan kata terkadang
Penempatan kata yang kurang tepat
8.
Masalahnya, kita tidak rela mengijinkan mereka menyentuhnya karena kita tak mau repot dan tak mau melihat ruangan berantakan.
Masalahnya, kita tidak rela mengizinkan mereka menyentuhnya karena kita tidak mau repot dan tidak mau melihat ruangan berantakan.
Kata ijin dan tak merupakan kata yang tidak baku. Sehingga diganti dengan kata izin dan tidak.
Penggunaan kata yang tidak baku.

0 komentar:

Posting Komentar