Kenaikan harga dalam ekonomi, baik itu dalam hal nilai barang dan jasa tentunya akan memberikan dampak tertentu bagi beberapa pihak. Dan biasanya pihak yang paling merasa dirugikan dari efek kenaikan harga adalah konsumen. Konsumen sebagai pihak terakhir yang menikmati nilai guna dari barang dan jasa senantiasa bersuara paling lantang menentang kenaikan harga, karena tentunya hal ini akan menambah anggaran konsumsi mereka sehari-hari.
Sebagai sebuah contoh sederhana, adalah makan. Makan merupakan sebuah contoh kebutuhan dari manusia yang bersifat primer, artinya tidak bisa ditangguhkan pemenuhan kebutuhannya. Ketika harga bahan baku dari suatu makanan mengalami kenaikan harga, tentu saja harga makanan itu pun akan terkatrol naik. Hal tersebutlah yang dapat kita pandang sebagai suatu efek domino.
Dampak kenaikan harga makanan tersebut memang tidak mutlak berdampak pada seluruh tingkatan konsumen. Mungkin yang paling merasakan dampaknya adalah para konsumen dengan pendapatan tingkat rendah dan beberapa dari tingkat menengah dengan asumsi pendapatan mereka adalah tetap. Sedangkan bagi para konsumen dengan tingkat pendapatan yang tinggi hal tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap pola maupun jenis konsumsi mereka. Bagi para konsumen dengan tingkat pendapatan yang rendah, harga makanan yang mahal tentunya secara tidak langsung akan dapat merubah pola dan kebiasaan konsumsi mereka.
Misalkan ada seorang konsumen dengan tingkat pendapatan yang rendah makan disuatu warung makan. Biasanya dengan uang sebesar Rp.7000, dia dapat membeili nasi lengkap dengan sayur, telur dadar dan es the manis. Tetapi ketika terjadi kenaikan harga bahan baku makanan, maka dengan jumlah uang yang sama ia hanya memperoleh nasi dengan sayur saja. Dari ilustrasi tersebut dapat kita lihat telah terjadi perubahan pola konsumsi.
Kenaikan harga secara tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap kegiatan menabung. Semakin tinggi kebutuhan sehari-hari seorang individu, maka porsi dari reward ( gaji ) yang diterimanya pada setiap bulan akan cukup tinggi diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Jadi porsi gaji untuk ditabungkan akan sedikit berkurang jumlahnya. Selain itu juga, jika kenaiakan harga harga ini berlangsung pada saat terjadinya inflasi ( gejala yang menunjukkan kenaikkan tingkat harga umum yang berlangsung terus-menerus selama satu periode tertentu ), maka konsumen akan dirugikan dari sisi suku bunga tabungan yang lebih rendah dari pada tingkat inflasi.
Dampak kenaikan harga, memang secara umum dikonotasikan sebagai suatu hal yang negatif. Tetapi, dari hal tersebut seseorang dapat mengambil sisi positifnya. Seperti, seseorang akan dapat kembali menumbuhkan sifat hemat dalam dirinya. Sehingga dia dapat dengan cermat menentukan kapan waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya ( khususnya kebutuhan yang bersifat tersier ).
Sebagai sebuah contoh sederhana, adalah makan. Makan merupakan sebuah contoh kebutuhan dari manusia yang bersifat primer, artinya tidak bisa ditangguhkan pemenuhan kebutuhannya. Ketika harga bahan baku dari suatu makanan mengalami kenaikan harga, tentu saja harga makanan itu pun akan terkatrol naik. Hal tersebutlah yang dapat kita pandang sebagai suatu efek domino.
Dampak kenaikan harga makanan tersebut memang tidak mutlak berdampak pada seluruh tingkatan konsumen. Mungkin yang paling merasakan dampaknya adalah para konsumen dengan pendapatan tingkat rendah dan beberapa dari tingkat menengah dengan asumsi pendapatan mereka adalah tetap. Sedangkan bagi para konsumen dengan tingkat pendapatan yang tinggi hal tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap pola maupun jenis konsumsi mereka. Bagi para konsumen dengan tingkat pendapatan yang rendah, harga makanan yang mahal tentunya secara tidak langsung akan dapat merubah pola dan kebiasaan konsumsi mereka.
Misalkan ada seorang konsumen dengan tingkat pendapatan yang rendah makan disuatu warung makan. Biasanya dengan uang sebesar Rp.7000, dia dapat membeili nasi lengkap dengan sayur, telur dadar dan es the manis. Tetapi ketika terjadi kenaikan harga bahan baku makanan, maka dengan jumlah uang yang sama ia hanya memperoleh nasi dengan sayur saja. Dari ilustrasi tersebut dapat kita lihat telah terjadi perubahan pola konsumsi.
Kenaikan harga secara tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap kegiatan menabung. Semakin tinggi kebutuhan sehari-hari seorang individu, maka porsi dari reward ( gaji ) yang diterimanya pada setiap bulan akan cukup tinggi diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Jadi porsi gaji untuk ditabungkan akan sedikit berkurang jumlahnya. Selain itu juga, jika kenaiakan harga harga ini berlangsung pada saat terjadinya inflasi ( gejala yang menunjukkan kenaikkan tingkat harga umum yang berlangsung terus-menerus selama satu periode tertentu ), maka konsumen akan dirugikan dari sisi suku bunga tabungan yang lebih rendah dari pada tingkat inflasi.
Dampak kenaikan harga, memang secara umum dikonotasikan sebagai suatu hal yang negatif. Tetapi, dari hal tersebut seseorang dapat mengambil sisi positifnya. Seperti, seseorang akan dapat kembali menumbuhkan sifat hemat dalam dirinya. Sehingga dia dapat dengan cermat menentukan kapan waktu yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya ( khususnya kebutuhan yang bersifat tersier ).
0 komentar:
Posting Komentar